Pernahkah Anda mendengar tentang “Odong-odong”? Ya, odong-odong merupakan suatu alat bermain anak-anak yang sering ditemui di berbagai kota di Indonesia. Odong-odong mulai dikenal di Indonesia sekitar akhir tahun 1980-an. Tentu kita masih ingat bahwa pada masa itu, pemerintah DKI Jakarta menetapkan peraturan bahwa becak tidak boleh lagi beroperasi di Jakarta. Peraturan yang diberlakukan pemerintah ini tentu menuai protes dari berbagai pihak, secara khusus mereka yang pekerjaannya menarik becak. Adanya peraturan pemerintah tersebut dipandang merugikan para penarik becak, karena mereka kehilangan pekerjaan yang selama ini menjadi sumber pendapatan untuk menghidupi keluarga mereka. Seperti kita ketahui pula, para penarik becak merupakan orang-orang yang penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja.
Bagi sebagian penarik becak, peraturan yang dikeluarkan pemerintah DKI Jakarta tersebut merupakan akhir dari segalanya karena mereka tidak akan mampu memperoleh penghasilan seperti yang sebelumnya. Namun, bagi orang yang dapat berpikir kreatif, larangan beroperasinya becak tidak membuat mereka putus asa dan kehabisan akal. Daripada terus bersungut-sungut karena adanya peraturan yang baru tersebut, para penarik becak yang kreatif ini mulai memikirkan cara bagaimana agar mereka tetap dapat memperoleh penghasilan melalui becak yang mereka miliki ini. Mereka akhirnya mencoba memodifikasi becak tersebut menjadi alat bermain anak-anak. Tempat duduk yang biasa digunakan oleh penumpang kini diganti dengan empat buah tempat duduk yang dapat berbentuk motor-motoran, mobil-mobilan, ayam, bebek, kuda, pesawat, dll. Di bagian bawah dari setiap tempat duduk bagi anak-anak tersebut terdapat semacam poros yang terhubung dengan gigi roda yang digerakkan oleh rantai yang terhubung dengan pedal. Tempat duduk tersebut dapat bergoyang naik-turun seiring kayuhan tukang odong-odong. Odong-odong juga dilengkapi dengan tape recorder yang biasa digunakan untuk melantunkan lagu anak-anak. Jika satu durasi lagu selesai, maka permainan pun selesai. Ongkos untuk satu putaran umumnya berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1.000. Karena tarifnya yang cukup murah, permainan odong-odong ini sangat disukai oleh para orang tua yang kurang mampu. Mereka dapat menyenangkan anak-anaknya tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Saat ini, permainan odong-odong tidak hanya ditemui di Jakarta saja, namun juga di berbagai kota besar lainnya. Hal ini membuktikan bahwa odong-odong cukup diminati oleh masyarakat, bahkan masyarakat yang tinggal di kota-kota besar.
Belajar dari sejarah munculnya odong-odong di atas, kita dapat memetik satu pelajaran berharga. Kita dapat melihat bahwa sesungguhnya orang yang kreatif akan selalu mampu melihat peluang di tengah setiap kesulitan yang ia alami. Orang yang berpikir kreatif tidak akan membiarkan orang lain menghambatnya untuk maju. Halangan dan kesulitan seperti apa pun akan mampu dihadapi, karena orang yang kreatif tidak pernah kehabisan akal untuk mencari jalan keluar dan pemecahan dari kesulitan-kesulitan tersebut. Sikap yang kreatif serta kemampuan untuk berpikir “out of the box” akan membuat kita menjadi pribadi yang ulet dan selalu berupaya mencari peluang-peluang di tengah segala kendala yang ada. Mari kita mendorong terciptanya pikiran serta sikap yang inovatif dan imajinatif untuk dapat mengembangkan hal-hal dan cara-cara baru dalam bekerja dan berkarya.
Bagi sebagian penarik becak, peraturan yang dikeluarkan pemerintah DKI Jakarta tersebut merupakan akhir dari segalanya karena mereka tidak akan mampu memperoleh penghasilan seperti yang sebelumnya. Namun, bagi orang yang dapat berpikir kreatif, larangan beroperasinya becak tidak membuat mereka putus asa dan kehabisan akal. Daripada terus bersungut-sungut karena adanya peraturan yang baru tersebut, para penarik becak yang kreatif ini mulai memikirkan cara bagaimana agar mereka tetap dapat memperoleh penghasilan melalui becak yang mereka miliki ini. Mereka akhirnya mencoba memodifikasi becak tersebut menjadi alat bermain anak-anak. Tempat duduk yang biasa digunakan oleh penumpang kini diganti dengan empat buah tempat duduk yang dapat berbentuk motor-motoran, mobil-mobilan, ayam, bebek, kuda, pesawat, dll. Di bagian bawah dari setiap tempat duduk bagi anak-anak tersebut terdapat semacam poros yang terhubung dengan gigi roda yang digerakkan oleh rantai yang terhubung dengan pedal. Tempat duduk tersebut dapat bergoyang naik-turun seiring kayuhan tukang odong-odong. Odong-odong juga dilengkapi dengan tape recorder yang biasa digunakan untuk melantunkan lagu anak-anak. Jika satu durasi lagu selesai, maka permainan pun selesai. Ongkos untuk satu putaran umumnya berkisar antara Rp 500 hingga Rp 1.000. Karena tarifnya yang cukup murah, permainan odong-odong ini sangat disukai oleh para orang tua yang kurang mampu. Mereka dapat menyenangkan anak-anaknya tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Saat ini, permainan odong-odong tidak hanya ditemui di Jakarta saja, namun juga di berbagai kota besar lainnya. Hal ini membuktikan bahwa odong-odong cukup diminati oleh masyarakat, bahkan masyarakat yang tinggal di kota-kota besar.
Belajar dari sejarah munculnya odong-odong di atas, kita dapat memetik satu pelajaran berharga. Kita dapat melihat bahwa sesungguhnya orang yang kreatif akan selalu mampu melihat peluang di tengah setiap kesulitan yang ia alami. Orang yang berpikir kreatif tidak akan membiarkan orang lain menghambatnya untuk maju. Halangan dan kesulitan seperti apa pun akan mampu dihadapi, karena orang yang kreatif tidak pernah kehabisan akal untuk mencari jalan keluar dan pemecahan dari kesulitan-kesulitan tersebut. Sikap yang kreatif serta kemampuan untuk berpikir “out of the box” akan membuat kita menjadi pribadi yang ulet dan selalu berupaya mencari peluang-peluang di tengah segala kendala yang ada. Mari kita mendorong terciptanya pikiran serta sikap yang inovatif dan imajinatif untuk dapat mengembangkan hal-hal dan cara-cara baru dalam bekerja dan berkarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar