Minggu, 08 November 2009

Pengaruh Paradigma terhadap Orisinalitas Diri ( oleh Mutiara Aisyah)

“Originality exists in every individual because each of us differs from the others. We are all primary numbers divisible only by ourselves.”

Kalimat dia atas adalah kata-kata bijak yang diucapkan oleh Jean Guitton, seorang filosof terkenal asal Prancis. Dari kalimat tersebut, kita dapat melihat dan semakin menyadari bahwa diri kita dilahirkan sebagai individu yang istimewa. Masing-masing dari kita adalah individu yang berbeda antara satu sama lain dengan segala kelebihan dan kekurangan yang kita miliki.

Seringkali kita tidak menyadari bahwa diri kita adalah seorang yang diberi begitu banyak anugerah dan keistimewaan yang belum tentu dimiliki oleh orang lain. Ada begitu banyak hal yang mempengaruhi paradigma kita dalam menilai diri kita sendiri. Bahkan, tak jarang lingkungan terdekat kita pun mempengaruhi cara pandang kita terhadap diri kita. Cara pandang itu tentunya memberi pengaruh besar terhadap perkembangan diri kita, apabila kita selalu berpikir dengan sempit dan tidak percaya diri, maka kita akan sulit untuk mengembangkan potensi yang sebenarnya tertanam dalam dari kita. Dengan cara pandang tersebut, kita tidak lagi dapat menjaga orisinalitas diri kita bahkan menjadi terpengaruh dengan lingkungan sekitar yang belum tentu memberi pengaruh positif terhadap pengembangan diri kita.

Bicara tentang orisinalitas, saya baru saja berbagi cerita dengan guru saya tentang hal ini. Beliau mengatakan bahwa orisinalitas adalah salah satu hal paling mendasar yang mempengaruhi cara kita menjalani hidup. Saya sangat setuju dengan pendapat beliau. Bahkan John C. Maxwell dalam 101 Relationship pernah mengatakan bahwa kebanyakan orang tidak bisa mencapai target yang diinginkan karena ia tidak percaya pada dirinya sendiri dan memilih untuk melakukan hal-hal sebagaimana yang dilakukan kebanyakan orang.

Saya memiliki contoh nyata tentang besarnya pengaruh cara pandang kita terhadap orisinalitas diri yang sangat berpengaruh besar dalam kehidupan.

Beberapa waktu yang lalu, pada saat saya, Intan, dan salah satu dosen kami yang berasal dari India sedang berjalan-jalan di antara kerumunan orang-orang di Pasar Burung Kota Malang, dosen saya (Mr. Pradyuman Singh) sempat berkomentar :

"If I can, I want to open all cage that keep those birds inside. I'm sure that they will be very happy to fly high,, not to be kept in those cage"

kemudian saya mengatakan,

"Then they will fly away of course...maybe next time U have to come at night, then try to set them free, Sir..hehehe..."

Lalu saat saya menceritakan tentang hal itu pada teman saya, Intan, rupanya ada seorang penjual yang mendengar, lalu mengatakan,

"Masio pintune dibuka gak miber kok, Mbak, soale wes biasa dikandangi" (artinya, walaupun pintu (kandang)-nya dibuka, dia tidak akan terbang kok, Mbak, soalnya sudah biasa di dalam kandang).

Awalnya saya tidak begitu memikirkan tentang apa yang penjual bilang tadi, tapi setelah beberapa saat, saya baru menyadari sesuatu yang berkaitan dengan orisinalitas. Jadi burung-burung itu tidak mau memilih untuk terbang bebas walaupun pintu sangkarnya sudah dibuka karena pengaruh paradigma yang selama ini tertanam dalam pikirannya dan telah mempengaruhi orisinalitas diri mereka.

Saat aku, saya langsung berpikir, "Bahkan burungpun memiliki paradigma yang dapat mempengaruhi cara pandang terhadap diri mereka??".

Mungkin burung-burung itu berpikir, "Ah sudahlah, saya tidak akan mencoba terbang lagi. Sudah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun saya mencoba terbang di sini tapi tidak pernah berhasil. Percuma ah, malah badan saya jadi capek. Saya kan sama seperti teman-teman lainnya, tidak pernah bisa terbang".

Dan, terbukti pada saat pintu sangkar dibuka, burung itu masih tetap dalam paradigma yang dia punya yaitu "Saya tidak akan bisa terbang keluar sana, bagaimanapun, jika saya masih di dalam kandang ini, saya tidak akan bisa terbang keluar. Saya sama seperti teman-teman yang lain, tidak punya kemampuan untuk terbang. Saya cuma bisa hidup di dalam sangkar ". Cara berpikir inilah yang menyebabkan potensi mereka untuk terbang menjadi tidak berkembang, bahkan semakin lama semakin menghilang.


Dari fakta di atas, kita dapat melihat secara nyata bahwa paradigma atau cara pandang terhadap diri kita memiliki pengaruh besar terhadap tinggi rendahnya orisinalitas diri kita. Seandainya kita mau berusaha mengubah paradigma yang membatasi pikiran-pikiran dan proses aktualisasi diri kita, bisa dipastikan, proses pencapaian target dan prestasi kita dapat berjalan lebih maksimal. Selain itu, kita harus dapat memastikan bahwa kita dapat memilah pengaruh lingkungan yang dapat diterapkan dalam diri kita, sehingga potensi-potensi yang sesungguhnya ada dalam diri kita tidak hilang begitu saja hanya karena paradigma berpikir kita.

1 komentar:

  1. paradigma = mindset ?
    bisa diubah , tapi susah
    perlu perjuangan yang tidak sedikit
    apalagi kalau sudah menjadi watak dan kebiasaan :)

    Ma Chung University

    BalasHapus